Pemeriksaan Sampel Darah di UTD PMI
Kesehatan, Madiun, News 13.41
MADIUN - Penggunaan metode nucleic acid aplification technologies (NAT) di sejumlah daerah ternyata belum bisa dinikmati recipient UTD PMI Kota Madiun. Selain masih tingginya harga peralatan, jumlah pemerima dan klasifikasi, UTD PMI Kota Madiun belum memenuhi kriteria persyaratan penggunaan metode NAT.
Kepala UTD PMI Kota Madiun, Ismudoko mengungkapkan, di Indonesia yang memakai NAT hanya ada lima UTD. Itu pun masih disubsidi Depkes.
UTD PMI yang dimaksud adalah UTD berstatus Pembina. Salah satunya UTD PMI Kota Surabaya dengan jumlah pendonor mencapai 1000 orang perhari.
Sedangkan UTD PMI Kota Madiun hanya 20-30 orang setiap hari. Tingginya harga darah dengan metode tersebut yang mencapai Rp 600 perkantung juga menjadi kendala UTD PMI di daerah.
Dwi Santoso, kepala Bidang pelayanan UTD PMI Kota Madiun, menyatakan saat ini pihaknya masih menggunakan metode tes lama. Yakni, enzyme linked immunosorbent assay (Elisa) yang merupakan metode standar World Health Organization (WHO). Akurasi metode Elisa mencapai 99-100 persen.
Elisa, lanjut Dwi, juga memiliki sensitivitas tinggi, meski spesifikasinya rendah. Sehingga, bila saat tes hasilnya positif, sampel harus dikonfirmasi dengan tes western blot, yakni jenis pengujian yang memiliki spesidikasi lebih tinggi dengan sensitivitas rendah. Kelemahan lainnya, Elisa belum maksimal mendeteksi antigen pada masa windows periode. Sedangkan NAT mampu melakukannya.
Menurut Dwi, metode Elisa sudah bisa diaplikasikan sejak 1992 sebagai metode baru pengganti rapid test yang hanya memiliki akurasi 98-99 persen. Seiring perkembangan jaman, metode Elisa dapat digunakan secara penuh mulai 1997 dan rapid test hanya sebagai pendamping dan baru dihunakan saat kondisi darurat.
Dengan NAT, jenis penyakit bisa diketahui dengan lebih jelas karena struktur virus bisa terlihat. Berbeda dengan Elisa yang membutuhkan pembuktian ulang.
Dikutip : Radar Madiun
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :