Setitik Harapan PSK di Wisma Wanita Harapan


Wanita PSK di lokalisasi [google][MADIUN] Jangan salah sangka, dan jangan sembarangan menginap di Wisma Wanita Harapan (WWH) Gude, di Desa Jiwan, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, Provinsi Jawa Timur. Meski namanya seperti nama penginapan biasa, jangan bawa keluarga ke sana, karena ternyata WWH Gude adalah sebuah lokalisasi, di mana transaksi seks sangat marak setiap hari.  

Para penghuni dan tamu wisma, dengan nama yang cukup kontroversial itu, menghabiskan sedikitnya 8.650 buah kondom dalam kurun waktu sebulan. Karet pelindung pencegahan aneka penyakit (menular) seksual, utamanya virus HIV/AIDS itu, sengaja dibagikan kepada lelaki hidung belang yang hendak membeli cinta sekejap.  

Mereka menerima kondom saat hendak masuk ke pelataran, dan atau usai memarkir kendaraannya di sekitar pintu masuk dan areal parkir lokalisasi. “Kami juga membagikan secara cuma-cuma kepada para PSK untuk stok di masing-masing kamar ‘kerjanya’ guna mengantisipasi kalau-kalau ada pelanggan mereka lolos masuk kamar, namun tidak membawa kondom,” ujar salah petugas relawan Pelaksana Program, Komisi Penanggulangan Aids (KPA) WWH Gude, Hery Setiawan, belum lama ini.  

Hery Setiawan mengungkapkan, kondom-kondom yang dibagikan gratis setiap bulan itu, diperoleh secara gratis dari KPA Kabupaten Madiun dan KPA Nasional. Efektivitas penggunan kondom itu menurut dia, sangat bergantung pada para PSK, yang harus berani mewajibkan tamunya memakainya saat berkencan.  

“Kalau PSK gagal merayu lelaki hidung belang memakai kondom, bisa jadi, upaya pencegahan penularan virus mematikan HIV/Aids, melalui hubungan intim, tetap saja terjadi,” tandas Hery Setyawan.

Para PSK penghuni WWH Gude sudah diwanti-wanti agar berani menolak jika ada lelaki yang memaksakan kehendak dengan tanpa bersedia memakai kondom. “Kami ingatkan kepada para PSK, bahwa mereka bekerja untuk mencari nafkah dengan tetap menjaga kesehatan. Kalau kemudian terkena virus HIV/Aids, harapan hidup dan masa depan dirinya dan keluarga yang dihidupi, akan sia-sia. Sebab, virus HIV/Aids itu, belum ada obatnya yang wahid,” ujar Hery.  

Ketua Kelompok “Arjuna”, selaku pembina lokalisasi Gude, Thohirin menuturkan, sekitar 70 PSK di tempat pelacuran itu menyadari pentingnya pemakaian kondom oleh setiap lelaki hidung belang. Karena itu, di setiap kamar selalu disediakan kondom secara cuma-cuma. “Para PSK setiap tiga bulan  wajib periksa kesehatan (VCT) di RSUD Dolopo, Madiun. Kalau ada yang telanjur terkena penyakit, langsung dipulangkan untuk menjalani pengobatan. Kalau sudah sembuh, baru dipebolehkan kembali ke Gude,” katanya.  

Menurut Thohirin, sudah banyak PSK yang dipulangkan karena sakit. “Kita tidak tahu, apakah mereka terus berobat di tempat tinggalnya atau mengabaikan anjuran kami,” tukasnya.  

Sebab, bisa jadi PSK Gude yang terkena virus HIV/Aids kemudian menularkannya kepada lelaki hidung belang, karena PSK itu hanya memikirkan butuh uang untuk bisa bertahan hidup.   Setitik Harapan Shanty (23), nama samaran, PSK berpenampilan menarik, asal sebuah desa di Sragen, Jateng yang mengaku baru enam bulan menjadi PSK. “Saya ke sini sesudah bercerai dengan suami. Dia berasal dari kota besar yang hanya ingin menikmati kemolekan tubuh saya. Di sini, saya pasti menolak tamu jika tidak bersedia memakai kondom,” katanya.

Masih ada setitik harapan Shanty, bahwa dia akan bebas dari virus HIV/Aids jika benar-benar menjaga diri. “Saya tidak mengenal mereka dan pasti lelaki yang datang, pasti lelaki yang moralnya rusak, tidak setia kepada isterinya, dan hanya mengumbar nafsu birahinya saja manakala punya uang. Saya tak mau tertular Aids dari mereka,” aku Shanty blak-blakan.  

Tentu sekali, Shanty ingin membiayai anaknya semata wayang, yang kini tinggal di desa, dan dirawat neneknya.  

Naning (25) juga berprinsip yang sama. Perempuan seksi mengaku asal Jember, Jatim itu, merasa khawatir jika tamu yang mem-booking-nya mengidap HIV/Aids atau penyakit kelamin lainnya. “Saya ingin tetap sehat walaupun pekerjaan saya begini (PSK, Red). Saya harus menjaga kesehatan, karena toh suatu saat saya harus punya suami yang setia, berumah tangga yang baik, dan punya anak,” ujarnya penuh harapan.

Menurut Shanty dan Naning, tidak ada seorang pun penghuni WWH Gude yang murni menjadi PSK karena keinginan sendiri. Banyak penyebab yang memaksa mereka harus melayani lelaki hidung belang, bahkan bisa lima sampai enam lelaki dalam sehari semalam. Meski mereka menyimpan harapan, tak ada jaminan jika suartu waktu para PSK itu akan ketularan virus HIV/Aids. Sejatinya, harapan untuk hidup di jalan yang benar, dan jauh dari virus mematikan itu, masih terbuka luas di luar lokalisasi. [ARS/N-6]      


Sumber : http://www.suarapembaruan.com


JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :



Dikirim oleh Unknown pada 13.46. dan Dikategorikan pada , . Kamu dapat meninggalkan komentar atau pesan terkait berita / artikel diatas

PENGUNJUNG ONLINE

2010 Lintas Madiun. All Rights Reserved. - Designed by Lintas Madiun