Petani Tebu Terancam Terjerat Utang

Investasi para petani tebu di wilayah Jawa Timur saat ini mengalami minus hingga Rp 10 juta per hektar. Hal ini terjadi karena ketatnya persaingan antara harga gula petani dan gula rafinasi yang merembes ke pasar gula konsumsi. Tanpa solusi dari pemerintah, petani terancam gulung tikar.

Kerugian petani diprediksi semakin bertambah apabila harga gula terus terjungkal. Kerja keras dan investasi selama 14 bulan sia-sia, bahkan mereka terancam terjerat utang untuk biaya musim tanam mendatang.

Sekretaris Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia Cabang Pabrik Gula Pagotan Sudiro petani mengalami pukulan telak dengan turunnya produksi tebu hingga 30 persen dari 1.000 kuintal per hektar menjadi 700 kuintal per hektar sebagai dampak anomali cuaca ekstrem pada musim tanam 2010-2011 yang mengakibatkan penurunan rendemen tebu.

Kondisi ini diperparah dengan jatuhnya harga gula petani di pasar lelang akibat tidak terkendalinya kebocoran gula rafinasi ke pasar gula konsumsi. Sebagai gambaran, pada lelang tanggal 13 Juni 2011, gula milik petani di PG Pagotan hanya dihargai Rp 7.760 per kg, jauh di bawah harga pada tahun lalu, Rp 9.500 per kg.

Apabila pada kondisi normal pendapatan kotor per hektar tebu berkisar Rp 34 juta, saat ini pendapatan yang diterima petani tinggal Rp 24 juta. Dengan hasil ini, petani kesulitan untuk menutup biaya produksi, seperti sewa lahan, penanaman dan pemeliharaan, biaya tebang angkut, serta bunga pinjaman.

Sumber : Kompas

JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :



Dikirim oleh Roedy pada 00.20. dan Dikategorikan pada , , , . Kamu dapat meninggalkan komentar atau pesan terkait berita / artikel diatas

PENGUNJUNG ONLINE

2010 Lintas Madiun. All Rights Reserved. - Designed by Lintas Madiun