Menyusuri Madiun, Kota Seribu Pecel
Gallery, Madiun, News, Utama 00.05
Bagi penikmat kuliner yang tak menumpang kereta api tidak perlu khawatir tak bisa menikmati makanan ini. Di luar stasiun, penjual nasi pecel seperti deretan semut. Hampir seluruh rumah kaki lima hingga restoran selalu menyelipkan nasi pecel dalam daftar menu mereka. “Sepertinya sudah menjadi makanan wajib di sini,” kata Runik Sri Astuti, warga asal Pati Jawa Tengah yang bermukim di Madiun.
Dari sekian penjual nasi pecel di Madiun, warung pecel Bu Gembrot adalah ikon. Berada di kawasan Pasar Sri Jaya Kecamatan Kartoharjo, warung pecel ini menjadi magnet penikmat kuliner. Karena itu jangan heran jika di depan warung yang menempati ruko berukuran luas ini berjajar kendaraan dari berbagai kota. Dibuka pada pukul 06.00 WIB, rumah makan ini nyaris tak pernah sepi hingga akhir jualan pukul 22.00 WIB.
Sepintas menu pecel di sini tak berbeda dengan pecel dari daerah lain. Namun setelah dicermati, komposisi sayurannya sangat lengkap. Mulai dari kacang panjang, bunga turi, petai cina, kemangi, kecambah, kenikir, krai (sejenis timun), bayam, daun ketela, dan daun pepaya. Konsumen bisa memilih sendiri jenis sayuran yang disukai jika alergi pada daun tertentu.
Selain itu, kekuatan cita rasa pecel Bu Gembrot ini memang lain daripada yang lain. Entah racikan bumbu apa yang ditambahkan, kekuatan kacang dalam kuah yang tak terlalu encer dengan sentuhan jeruk purut cukup ramah di lidah. Apalagi jika ditambahkan peyek dan aneka lauk seperti daging empal, telur ceplok, tahu, tempe, hingga telur asin.
Meski dikunjungi banyak pejabat dan kalangan menengah atas, warung ini tak mematok banderol tinggi. Satu porsi nasi pecel standar hanya dihargai Rp 5.000. Jika ditambah daging empal dan minuman akan membengkak menjadi Rp 12.000 – 15.000 per porsi.
Bagi yang tak suka dengan makanan jenis ini, bisa juga mencicipi masakan Jawa di Rumah Makan Mbah Jingkrak di Jalan Kalimantan No 18. Restoran di pusat Kota Madiun ini cukup menjadi rujukan masyarakat karena tempatnya yang nyaman dan tidak murahan. Berada di kawasan pertokoan dan mall, Rumah Makan Mbah Jingkrak menyajikan berbagai jenis masakan Jawa dengan menu andalan ayam bakar dan goreng.
Selain cita rasanya yang lumayan, daya tarik rumah makan ini adalah para pramusajinya yang mengenakan pakaian adat Jawa. Didukung ornamen restoran yang serba klasik, rumah makan yang dirintis oleh Ajeng Astri Denaya di Semarang pada tahun 2005 silam ini cukup mampu membawa nuansa Jawa pada pelanggannya. Apalagi nama menu yang ditampilkan cukup nyentrik, seperti sambal iblis dan ayam rambut setan. Sambal iblis adalah sambal yang dibuat dengan rasa pedas luar biasa hingga membuat orang yang menyantapnya menyumpahi seperti iblis.
Hanya saja seluruh keunikan tersebut cukup setara dengan banderol harga yang ditawarkan. Seakan membuat pembeda dengan makanan kaki lima, warung Mbah Jingkrak ini nyaris tak menyediakan menu bertarif di bawah Rp 20.000 per porsi. Hal ini pula yang membuat sejumlah pengunjung kaget lantaran melihat spanduk iklannya yang hanya memasang banderol Rp 12.000 per porsi plus minum.
Usai menjajal kenikmatan kulinernya, tak ada salahnya mengunjungi tempat wisata alam Taman Umbul, Waduk Widas, atau perkebunan kopi Kandangan. Wisata alam yang menjanjikan kesegaran itu bisa dinikmati setiap saat dengan tarif masuk yang sangat murah. Pengelola waduk Widas misalnya hanya memungut Rp 3.500 per orang sebagai tiket tanda masuk.
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :